KEBUDAYAAN MEMBAWA TEMAN
Halo....!
Namaku Ola, aku berumur 10 tahun dan aku masih kelas 4 SD.
Aku mempunyai sahabat bernama via. Via adalah sahabatku dari kecil, dari
sebelum masuk sekolah. Kami berdua suka menari tarian tradisional. Orang tuaku
memasukkanku kesaggar tari sekitar desa
kami.
“Ola , kemarilah!”
Ibuku memanggilku keruang tamu.
“Kamu sedang apa?”
Tanya Ibuku.
“Aku sedang menari
bersama Via.” Jawabku tenang.
“Panggilah via kemari!” Suruh Ibuku kepadaku.
Aku pun segera ke kamarku dan memanggil via. “Via, ayo ikut
aku!” Ajakku pada Via.
“Mau kemana?” Tanya
Via padaku.
“Keruang tamu.” Jawabku.
“memangnya kenapa ke
ruang tamu?” Via bertanya lagi kepadaku.
“Aku juga tidak tahu, tapi kamu dipanggil Ibuku.” Jawabku
juga masih penasaran.
“Kalau begitu ayo!”
Ajak Via padaku.
“Ibu ini Via!” seruku pada Ibuku
“Kalian mau atau tidak Ibu masukkan ke sanggar tari?" Tanya Ibuku
Ibuku membelokkan badan dan bilang pada kami
Ibuku membelokkan badan dan bilang pada kami
“Mau.” Aku dan Via
menjawab dengan kompak.
Keesokan harinya Via sudah bertanya kepada Orang tuanya, kalau dia ingin masuk sanggar tari bersamaku. Akhirnya Via diperbolehkan oleh Orang tuanya. Kemudian dia kerumahku untuk berangkat mendaftar di sanggar tari.
“Kalian sudah siap?”
Tanya Ibuku pada kami.
“Kami siap.” Jawabku dan Via kompak.
“aku sangat siap Bu.” Tambahku setelah jawaban kompak kami.
“Kalau begitu ayo berangkat!” Ajak Ibuku sambil keluar rumah.
Kami keluar dan naik mobil, kami segera berangkat ke sanggar.
Setelah sampai di sanggar, banyak nyang berlatih disana. Kami
segera turun dari mobil dan menemui pelatih tari.
“Ada yang bisa saya bantu Bu?” Tanya pelatih kepada Ibuku.
“Saya ingin memasukkan anak saya dan temannya ke sanggar
ini.” Jawab Ibuku, ramah.
“Baiklah silakan masuk!” sapaan dan
ajakan yang lembut dari pelatih itu.
Kami diperkenalkan
dahulu dengan ruangan – ruangan di sanggar tari, kemudian kami menuju ke tempat
latihan, tetapi ketika kami berjalan ke tempat latihan.
“Oh.... ya, saya lupa
belum kenalan!” Ingat pelatih.
“Nama saya Sofi, kalian bisa panggil saya Bu Sofi.” Pelatih itu memperkenalkan diri.
“Namaku Ola, Namaku Via.” Jawabku dan Via bergantian. Setelah
itu Ibuku pulang, kemudian aku dan Via berlatih dengan Bu Sofi.
Saat Ibuku pulang, aku dan Via di suruh ganti pakaian oleh Bu
Sofi. Setelah kami selesai ganti pakaian, kami diajak ke satu ruangan yang
berbeda. Di ruangan itu kami berdua diberi tahu tentang teknik – teknik dasar
menari.
****Beberapa saat kemudian****
“Bagaimana kalian sudah bisa?” Tanya Bu Sofi kepada kami.
“Bisa.” Jawab kami kompak.
“Kalian Cepat sekali bisa!” Seru Bu Sofi.
“Terima kasih.” Jawabku dan Via.
“Biasanya anak – anak yang baru masuk sanggar ini membutuhkan
waktu 2 sampai 3 hari untuk bisa, tetapi kalian belum sampai satu hari saja
sudah bisa.” Pujian Bu Sofi kepada kami berdua.
“Kami selalu berlatih di rumah, maka dari itu kami cepat
bisa, yakan Via?” Aku menjawab pujian Bu Sofi sambil bertanya kepada Via.
“Ya, benar Bu, kita selalu berlatih di rumah.” Jawab Via.
“Oh...., pantas saja,
kalian cepat bisa!” Seru Bu Sofi.
“Tapi kalian berlatih
dengan apa?” Lanjut Bu Sofi.
“ Kami berlatih dengan kaset milik Ibunya Ola.” Sambung Via
kepada Bu Sofi.
* * * *
Keesokan harinya kami
masuk sanggar tari lagi, tetapi kali ini Bu Sofi
mengajak kami ke tempat lain yaitu di
halaman bagian depan bersama teman teman yang lain.
“kami sudah
bisa berlatih bersama yang lain?” tanyaku pada Bu Sofi.
“Iya, kalian sudah bisa bergabung dengan teman – teman yang lain.” Jawab
Bu Sofi
“Kalian segera masuk barisan, agar latihan segera dimulai.” Perintah Bu
Sofi kepada kami berdua.
“Iya Bu!”
Jawabku dan Via
Kami pun segera masuk barisan dan
bersiap – siap untuk menari.
“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan.” Bu Sofi memimpin
tari kami semua dengan menghitung tiap gerakan dari satu sampai delapan dan di
ulang terus menerus hingga tarian selesai.
Setelah
latihan usai, kami semua istirahat. Disela – sela istirahatku dan Via, ada
seorang anak yang umurnya lebih tua dari kami. Dia mengajak kami berkenalan.
“Hai....!”
Sapanya kepada kami.
“Hai....!”
Aku dan Via menjawab sapaannya secara kompak.
“Namaku Fina, nama kalian siapa?” Dia mengenalkan diri sambil bertanya
siapa nama kami.
“Namaku Ola, dan aku Via!” Jawabku dan Via bergantian.
“Ayo kita ke kantin!” Ajaknya pada kami.
“Ayo!” Jawabku.
Lalu aku mengajak Via, karena Via tidak menjawab ajakan Fina.
“Via, kamu ikut kekantin atau tidak?” Tanyaku kepada Via.
“Aku tidak ikut, aku menunggu disini saja!” Jawabnya tenang
“Apakah kamu mau pesan sesuatu?” Tanyaku kepada Via.
“Iya, aku pesan minuman saja, yang dingin ya! Ini uangnya.” Jawabnya
sambil memberikan uang padaku.
Setelah aku dan Fina sampai di kantin, kami bertemu dengan teman
teman Fina.
“Hai
semua....!” Sapa Fina pada teman – temannya.
“Hai....!”
Jawab teman – temannya kompak
“Semuanya
kenalkan namanya Ola!” Fina memperkanalkanku pada teman –temannya.
“Hai
Ola, aku Desi.” “Hai, aku Lia.” “Aku Sasa.” “Hai, aku Putri.” “Aku Lala.” Teman
Fina memperkenalkan diri.
Aku senang,
karena baru satu hari berlatih bersama teman – teman yang lain, tapi sudah
mendapatkan banyak teman. Setelah berkenalan, aku membeli makanan dan minuman
termasuk pesanan Via, yaitu minuman yang dingin.
Saat
kembali ke tempat latihan, kami menghampiri Via, dan teman – teman baruku tadi
memperkenalkan diri kepada Via. Aku pun memperkenalkan Via pada teman – teman
baruku.
“Teman – teman kenalkan, dia Via, sahabat kecilku.” Aku memperkenalkan
Via.
“Hai....!”
Sapaan teman – temanku pada Via.
“Hai
juga....!” Sapaan kembali dari Via.
“Semoga kita bisa berteman baik ya!” Kata –kataku yang mengandung harapan
kepada semua temanku termasuk Via dan Fina.
“Iya, aku ingin memiliki banyak teman yang bisa saling membantu satu sama
lain dan juga baik padaku.” Jawab Desi.
“Baiklah aku akan berusaha membantu semampuku bila di antara kita ada
yang kesulitan.” Jawab Lia.
“Aku juga! Aku akan berusaha membantu semampuku bila bila di antara kita
ada yang kesulitan.” Seru Putri sambil
mengangkat tangan kanannya.
“Ya sudah, ayo kita makan makanan yang sudah kita beli tadi!” Ajakku pada
teman – teman yang sedang asik mengobrol.
“ayo!” Seru mereka kompak.
“Siapa yang mau roti tawar?” Sasa menawarkan roti kepada kami semua.
“Aku juga bawa biskuit gandum, siapa yang mau?” Sela Lala menawarkan biskuit gandum pada kami.
“Setuju.” Jawaban teman – temanku yang lain dengan kompak.
* * * *
Empat bulan kemudian .
Ada perlombaan antar sanggar se-Provinsi, aku dan teman –temanku berlatih dengan giat, karena perlombaan tinggal 4 hari lagi. Aku meminta Ibuku untuk menyewakan kostum ke tempat penyewaan kostum terdekat. Aku dan teman – temanku ingin memberikan penampilan yang maksimal.
“Aku juga bawa biskuit gandum, siapa yang mau?” Sela Lala menawarkan biskuit gandum pada kami.
“Begini saja, roti tawar dan biskuit gandum ditaruh ditengah – tengah dan kita duduk memutarinya.” Fina menyela pembicaran
“Baiklah aku setuju!” Seruku yang menyetujui perkataan Fina.
“Bagaimana semuanya, setuju?” Tanyaku pada teman – teman dengan melanjutkan pembicaraanku tadi.
* * * *
Empat bulan kemudian .
Ada perlombaan antar sanggar se-Provinsi, aku dan teman –temanku berlatih dengan giat, karena perlombaan tinggal 4 hari lagi. Aku meminta Ibuku untuk menyewakan kostum ke tempat penyewaan kostum terdekat. Aku dan teman – temanku ingin memberikan penampilan yang maksimal.
Saat waktu
perlombaan kurang 3 hari, Ibuku sudah menyewakan baju tari dan akan diambil
besok. Hari ini pun hari terakhir untuk latihan, karena besok mempersiapkan
alat dan pakaian untuk lomba. Saat latihan sedang berlangsung kami serius untuk
menjalani lomba kali ini, karena ini adalah lomba pertamaku dan Via selama
berlatih di sanggar ini.
Keesokan harinya
teman – temanku datang ke rumah ku untuk mencoba pakaian tari. Kami sangat
senang bisa mengikuti lomba tari ini, karena ini merupakan lomba tari besar.
Saat kami sedang mencoba pakaian, Ibuku keluar dari dapur dengan membawa kue –
kue dan jus. Disela–sela makan kami, Bu Sofi datang dengan membawa kaset kosong
yang akan diberikan kepada Ibuku untuk
merekam kami besok.
* * * *
Hari
perlombaan pun tiba, di tempat perlombaan banyak peserta yang terlihat percaya diri dan kompak. Aku
tidak mau kalah dari mereka maka dari itu aku menghampiri teman – temanku dan
berkata
“Kita harus bisa kompak, dengan kompak kita bisa menang dan kita harus
berusaha memaksimalkan kemampuan kita!” Usahaku mengajak teman – temanku untuk
kompak.
“Oke!” Jawab teman – temanku dengan kompak.
Akhirnya
pada saat giliran kami tiba, kami menari dengan lemah gemulai dan berusaha
untuk kompak. Semua usaha yang telah
kami lakukan tidak sia–sia, karena kami mendapat juara 2 se-Provinsi. Kami
senang walaupun kami mendapat juara 2, karena kami telah mendapatkan hasil dari
usaha kami selama ini.
“TERIMA KASIH”
Komentar
Posting Komentar